Apa yang saya takutkan ternyata bener-bener terjadi. Menelan kekalahan saat come back !!.
Setelah lima minggu tidak main blas akhirnya sore tadi bisa merumput lagi membela panji Karangrau FC. Senang dan sedih, itu yang saya rasakan. Senang, karena bisa bermain kembali, sedih karena kalah.
Ironisnya, selama saya main belum pernah sekalipun menang bahkan seripun tidak, selalu saja kalah.
Masalah seperti ini kelihatannya sepele, tapi bisa juga menjadi serius karena hal-hal kecil seperti ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, yang akibatnya bisa berdampak buruk pada performa tim secara keseluruhan. Dan saya harap itu tidak terjadi pada saya, karena saya masih ingin bermain sepak bola selama saya masih mampu melakukannya.
Dari pertandingan tadi kami akui, lawan memang satu level di atas kami, dari skill, fisik, stamina, teamwork dan lain sebagainya mereka unggul. Di setiap lini mereka memiliki pemain yang bisa dibilang matang, jelas permainan mereka jauh lebih hidup, lebih terkoordinir. Sayangnya, kematangan mereka harus ternodai oleh tindakan kurang sportif pemain mereka sendiri. Secara teknik bermain, kami acungkan jempol untuk mereka, tapi untuk urusan fair play, buruk.
Memang laga sempat diwarnai keributan kecil. Berawal dari penetrasi Dulloh di sebelah kanan pertahanan lawan, pemain bertahan lawan yang berusaha merebut bola terlihat mengangkat kaki terlalu tinggi hingga hampir mengenai bagian wajah Dulloh.
"Wong cara ngrebute kasar ya aku protes, masa ana sikil nang ngarep mata", kata Dulloh saat pertandingan memasuki masa rehat setelah babak pertama berakhir.
Saat babak ke-duapun lawan masih saja bermain sedikit keras, lagi-lagi Dulloh sebagai korbannya. Saat Dulloh menguasai bola, terlihat dua pemain lawan menempelnya, dan entah disengaja atau tidak, tangan pemain lawan sempat mengenai wajah Dulloh persis di sebelah atas mata kirinya.

"Diterus-terusna ya reang thok, mending aku metu si kena nggo nambah pengalaman pemain pengganti".

Dengan memilih keluar, berarti dia sudah menjaga pertandingan berjalan fair dan memberi kesempatan pemain lain untuk bermain menambah pengalaman. Tidak semua pemain bisa melakukan itu, hanya pemain yang berjiwa besar yang bisa melakukannya.
Hebat.
Kekasaran pemain lawan tidak berhenti disitu, Harry yang masuk menggantikan Wigi juga sempat mendapat tekel keras dari pemain bertahan lawan, hampir saja terjadi keributan diantara keduanya, untungnya pemain dari kedua tim bisa meredam situasi. Dan klimaksnya saat pertandingan memasuki menit-menit akhir, pemain bertahan lawan terlihat merebut bola dengan kasar saat Martha Jipenk sedang menggiring bola hingga akhirnya Martha Jipenk kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Sontak saja, kejadian ini mengundang protes keras dari pemain Karangrau FC hingga terjadi adu mulut, bahkan pemain lawanpun ada yang berkomentar bahwa dia kurang setuju dengan cara rekannya bermain.
Kami bisa menerima kekalahan 5-2, tapi kami tidak suka dengan cara mereka bermain, terus terang saja kami belum bisa menganggap tim lawan sebagai tim yang patut untuk disegani. Tim-tim seperti ini sangatlah kami hindari, biasanya tim-tim seperti ini langsung kami blacklist dari daftar partner tanding, karena hanya mendatangkan kerugian pada kami.
Jujur, kami lebih menghargai fair play daripada sebuah kemenangan, terlebih lagi ini hanya partai persahabatan, tidak ada trophy yang diperebutkan.
Bukankah tujuan dari sebuah pertandingan persahabatan adalah untuk saling berbagi ilmu, dan menambah erat tali persaudaraan?
Kalau sebuah pertandingan sudah diwarnai keributan, perselisihan yang sama sekali tidak perlu, lantas apa yang kita dapatkan dari pertandingan itu?....kesel thok!!!
Respek tim lawan adalah penting!!.
Terimakasih.
Juju Alez (Yazied), Arif Keyip, Aconk, Dhanny (Apri Jiman), Nico Gocink (Herry), Wigi Nur A (Harry), Wawink (Tyo Garenk), Dulloh (Wisnu), Martha Jipenk, Keyta "toyo" Mihero, Gancang Sinaga.
Pencetak gol : Dulloh, pemain lawan (o.g).
NB: Saya akan sangat berterimakasih jika anda mau memberi komentar untuk artikel ini.
0 komentar:
Posting Komentar